ORIENTALISME
Menggugat Hegemoni
Dan Mendudukkan Timur Sebagai Subjek
Penulis: Edwar W. Said
PENDAHULUAN
Pada buku ini penulis yang
memiliki gelar formal “humanis” ingin menyampaikan bahwa sabagai suatu bidang
kajian ketimuran, orientalisme bersumber dari keberadaan orang Inggris dan
Prancis yang memiliki kedekatan khusus dengan dunia timur sejak sebelum awal
abad 19 hingga akhir Perang Dunia II, dan setelah Perang Dunia II dominasi
Inggris dan Prancis diambil alih oleh Amerika.
1.
Perbedaan antara pengetahuan murni dan
pengetahuan politis.
Pengetahuan
murni merupakan pengetahuan yang tidak memiliki sifat atau efek politik. Akan
tetapi karya ilmiah dari pengetahuan murni dapat bersifat poltik apabila pemikiran-pemikiran
dari pengetahuan ilmiah dimanfaatkan oleh kaum politisi. Penulis juga ingin
menyampaikan bahwasanya penulis hanya ingin menegaskanbahwa setiap pengkajian
humanistic pada umumnya dapat dapat kita manfaatkan untuk merumuskansifat
relasi tersebut dalam hubungannya dengan pokok permasalahan dan kondisi
historisnya.
2.
Masalah metodologis.
Suatu
titik tolak tidak bisa di dapatkan begitu saja, akan tetapi suatu titik tolak
harus diciptakan terlebih dahulu agar bisa membuat langkah-langkah selanjutmya.
3.
Sisi-sisi pribadi.
Sebagai
seorang anak yang tumbuh di dua Koloni Inggris (Palestina dan Mesir) dengan
pendidikan di dua koloni tersebut dan Amerika yang merupakan pendidikan barat,
akan tetapi kesadaran sebagai orang Timur tetap hidup dalam dirinya.
BAB I
RUANG LINGKUP ORIENTALISME
A. Mengenal Dunia Timur
Penggunaan
kata “Timur” ini sebenarnya bersifat kakonik. Istilah ini merujuk pada Asia
atau Timur, baik secara geografis, moral, maupun budaya. Di Eropa istilah Timur
sudah lazim digunakan untuk menyebutkan kata-kata seperti kepribadian Timur,
suasana Timur, kisah-kisah Timur, despotism Timur, acau cara produksi Timur.
Orang Eropa sudah mengerti bahwa Timur merupakan kawasan yang jauh serta
memiliki keeksotikan dan perbedaan yang nyata dengan Barat.
Orang
barat dikenal memiliki sifat-sifat rasional, cinta damai, liberal, logis, mampu
memegang nilai-nilai yang sejati, tidak memendam kecurigaan, sedangkan orang
Timur tidak memiliki satupun dari sifat-sifat tersebut.
B. Geografi Imajinatif: Timur Sebagai
Panggung Teater
Secara
retoris, Orientalisme pada dasarnya bersifat anatomis dan enumerative. Artinya,
menggunakan perbendaharaan bahasa orientalisme hanyalah bentuk lain dari
pengetahuan paranoia atau pengetahuan yang berbeda dengan pengetahuan historis
pada umumnya. Penulis berfikir hal ini merupakan akibat dari usaha para
orientalis untuk menggunakan geografi-geografi imajinatif dalam menyajikan
Timur pada pembacanya.
C. Proyek-Proyek Orientalisme: Dari
“Mesir yang Imajiner” Hingga “Terusan yang Nyata”
Bagaikan
rintangan tanah yang diubah menjadi urat nadi perairan, demikian pulalah Timur
diubah substansinya dari yang berawal dianggap musuh yang gigih menjadi sekutu
yang tunduk dan menyerah untuk di perintah.
D. Orientalisme di Ambang Krisis
Krisis
dewasa ini telah mendramatisasi kelainan, disparitas, atau ketidak samaan
antara apa yang tertulis dalam naskah-naskah dengan apa yang terjadi
sebenarnya.
BAB II
(RE)STRUKTURASI ORIENTALISME
A. “Wajah Suram” Orientalisme Abad XVIII
Sejak
abad 18 dorongan dalam orientalisme ini mengendap dalam konsepsi orientalis
mengenai dirinya sendiri, Timur, dan disiplinnya. Gagasan akhir abad 18 dan 19
beserta pranata-pranata dan tokoh-tokohnya merupakan suatu perincian yang
krusial dari fase pertama zaman keemasan pendudukan wilayah. Menyatakan bahwa
orientalisme modern telah menjadi aspek imperialisme ataupun kolonialisme tidak
akan mengundang kontroversi.
B. Sacy dan Renan: “Antropologi Rasional” vs
“Laboratorium Filologis”
Perbedaan
antara Sacy dan Renan hanyalah soal perayaan dan kesinambungan. Sementara Sacy
adalah pelopor yang karyanya mencerminkan kemunculan orientalisme untuk pertama
kalinya dan mampu mengangkat status orientalisme sebagai disiplin abad 19 yang
berakar dai romantisme revolusioner, maka Renan merupakan tokoh yang berasal
dari generasi kedua orientalisme.
Bagi
Sacy, yang membangkitkat dan menghidupi morientalisme dan struktur-strukturnya
berasal dari kesadaran dirinya, sedangkan bagi Renan yang melestarikan
struktur-struktur orientalis secara intelektual dan memberinya vasibilitasyang
lebih besar berasal dari adaptasi orientalismenya dengan filologi dan adaptasi
kedua dengan budaya intelektual pada saat itu.
C. Fragmen(tasi): Timur yang “Imajiner” – Timur
yang “Ilmiah”
Timur
akan diubah dari kesaksian pribadi peziarah dan pemukiman menjadi sejenis
defenisi impersonal yang dapat digunakan oleh para cendekiawan dan pekerja
ilmiah. Timur akan diubah dari cerita-cerita pengalaman yang bersumber dari
riset-riset individual menjadi sejenis museum imajiner yang terbangun tanpa
dinding, sehingga segala sesuatu yang dikumpulkan dari jarak Timur yang jauh
itu dan varietas-varietas kebudayaannya secara kategoris dapat begitu saja
dianggap sebagai Timur. Timur akan diubah kembali, disusun kembali, dari
sekumpulan fragmen-fragmen yang dibawa pulang dalam keadaan terpotong-potong
oleh para penjelajah,ekspedisi, komisi-komisi, bala tentara dan dari
saudagar-saudagar, menjadi semacam citra orientalis leksikografis,
bibliografis, terdeparementalisasi, dan tertekstualisasikan.
D. Inggris dan Prancis: dari “Ziarah” Menuju
“Rivalitas” (Ilmiah)
Ziarah
merupakan aktifitas yyang tak perrnah dilupakan oleh orang Eropa yang hendak
menelaah Timur. Mereka tak hanya cukup mengkaji Timur dari teks-teks
imajinatif. Lebih dari itu, mereka harus mengunjunginya, memotretnya, hingga
mengurusnya. Dari peeziarah ini mereka menulis pengalaman-pengalaman pribadi
mereka selama berada di Timur. Tulisan pribadi itu nantinya akan menjadi
sejenis tulisan ilmiah yang bisa dikutip secara resmi oleh mereka yang
berkepentingan.
BAB III
ORIENTALISME
A. Orientalisme Laten vs Orientalisme Nyata
Ketika
penemuan-penemuan imajiner dari para pelancong dari negarawan (orientalisme
modern) mulai diperhitungkan, maka perampasan wilayah Timur oleh Barat semakin
meningkat. Akibatnya apa yang dikatakan oleh para cedekiawan (orientalisme
laten) sebagai Timur yang esensial mau tidak mau harus dikontradiksi untuk
disesuaikan dengan penemuan para pelancong itu sendiri.
B. Model-model Stilistik Orientalis(me)
Penulis
ingin menjelaskan metamorfosa dari sistem filologis yang dikembangkan oleh para
orientalis. Awalnya pemikiran filologis para orientalis tidak untuk kepentingan
politik. Akan tetapi, akhirnya banyak para orientalis yang terlibat dalam
sistem pemerintahan bangsanya. Bahkan para orientalis tlah menjadi advokasi
pemerintah untuk menjajah bangsa timur. dengan kata lain, orientalisme yang
pada yang pada awalnya hanya sebatas wilayah tektual, kini telah berubah
menjadi kajian dalam wilayah –wilayah politik dan kekuasaan.
C. Gibb dan Massignon: Melampaui Orientalime
“Klasik”
Karya-karya para orientalis memang memiliki berbgai gaya genetik dan
tipografi, akan tetapi Gibb dan Massignon mampu memerasnya dalam keseragaman
monografi yang luar biasa.
D. “Jejak-jejak” Orientalisme
1. Jejak Pertama: Citra Populer dalam Representasi
Sains Sosial
Pengaruh orientalisme tradisional yang tersisa dalam
kajian-kajian sosial Amerika hanyalah rasa permusuhan terhadap Timur dan
kajian-kajian yang tidak lagi berlandaskan pada penelitian filologis.
2. Jejak Kedua: Kebijakan Relasi Kultural
Orientalis adalah sejenis studi ketimuran yang selalu
berpegang teguh untuk menempatkan kategori islam sebagai kategori yang dominan,
perlu dirumuskan ulang, ditampilkan ulang, dan disajikan dalam bentuk yang
baru.
3. Jejak Ketiga: Representasi Islam
Orang arab ditampilkan sebagai jenis manusia yang statis,
nyaris ideal, dan bukan sebagai sejarah yang sedang berkembang ataupun sejarah
yang sedang terbentuk. Bagi orientalis bahasalah yang berbicara tentang Timur
Arab, bukan sebaliknya.
4. Jejak Keempat: Representasi Timur
Di Timur selain terjadi suatu penyerapan intelektual atas
citra-citra dan doktrin-doktrin orientalisme, terjadi juga pengukuhan
orientalisme dalam pertukaran ekonomi, politik, dan sosial. Singkatnya, Timur
modern berperan serta dalam mentimurkan dirinya.
E. Yang Tersisa dari Orientalisme
Kini sistem-sistem
pemikiran seperti orientalisme, wacana kekuasaan, dan fiksi-fiksi
ideologis hingga kekangan-kekangan dalam pemikiran manusia telah diciptakan,
diterapkan, dan dilestarikan tanpa pertimbangan yang bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar