SENI

Kamis, 27 Oktober 2016

menentukan ideology



Dalam menentukan ideology yang akan digunakan dalam menggarap, menafsirkan, maupun mewujudkan ide dan konsep yang akan dilahirkan kedalam sebuah karya seni yang berisikan nilai ataupun pesan yang akan disampaikan, tentunya hal yang demikian memang harus dikembalikan lagi kepada keinginan kita dalam menyampaikan sesuatu pesan kedalam sebuah bentuk karya seni yang utuh.
Perdagangan merupakan sebuah fenomena yang benar-benar saya ketahui dan memang mengalami peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam fenomena ini, dimana saya lahir dari kedua orang yang selalu berjasa dalam hidup saya dan menafkahi saya dari butiran keringat beliau yang berprofesi sebagai pedagang buah, semenjak umur balita saya sudah hidup dalam ruang lingkup pasar, sehingga hal yang demikian membuat hati saya tergerak untuk mengangkat hal yang demikian kedalam bahasa musik.
Dalam mencermati fenomena ini, saya menemukan bahwa profesi pedagang tidak hanya berfungsi sebagai profesi dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun dalam konteks tersebut terbangun juga suatu interaksi sosial antara satu individu dengan individu lainnya ataupun lebih. Tanpa adanya nilai komunikasi maupun nilai sosial dalam berdagang ini, maka tidak akan terjadinya ijab dan kabul dalam berjual beli untuk menemukan titik temu sebuah kesepakatan antara penjual dan pembeli (harga).
Untuk menfokuskan hal yang demikian saya lebih menitik fokuskan pada keberadaan buah yang di jual oleh pedagang tradisional yang telah mengalami kemerosotan dan penurunan peminat dengan hadirnya buah-buah impor di pasaran. Dimana buah tradisional yang masih terpatok dan tergantung pada musim sedangkan buah impor sudah dicampuri oleh teknologi, sehingga buah tersebut tidak lagi tergantung oleh musim dan buah tersebut juga bisa berbuah setiap bulannya. Hal ini lah yang menimbulkan kecemasan bagi pedagang tradisional yang mana membuat penurunan dalam pendapatannya.
Untuk mewujudkan hal yang demikian saya akan menggunakan ideology konservatif, dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hal itu berarti kolot atau bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku. Disini saya menginterpretasikan penjabaran tersebut bahwa saya akan mempertahankan suasana ketradisian dari fenomena yang saya usung, dilain hal dalam mewujudkan konsep kekaryaan ini saya lebih menggunakan bahan-bahan dan media-media tradisi yang mewakilkan perumpamaan saya terhadap pedagang tradisi dengan musik tradisi.
Pada bagian berikutnya pengkarya masih menggunakan ideology yang sama, akan tetapi hal demikian saya sesuaikan dengan konsep bagian ini, dimana buah tradisi sudah dipengaruhi keberadaannya oleh buah impor. Ideology konservatif ini sudah saya campuri dengan ideology progresif, dimana saya menafsirkan ketradisian ini sudah dilepaskan dari konsep ketradisian dengan tujuan penggambaran suatu kegelisahan dari sipedagang tradisional ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar